Suka Duka Menjadi Narablog Paruh Waktu

Januari 19, 2020
Narablog paruh waktu adalah sebuah profesi dimana seseorang narablog tidak terbebani dengan target apapun dalam melakukan aktifitas ngeblog. Inilah keuntungan menjadi narablog paruh waktu. Menjadi narablog paruh waktu adakalanya memang mengasyikan. Beban pikiran menjadi terlupakan ketika menulis posting, membaca tulisan dari rekan-rekan narablog lain, atau sekedar mendesain tampilan blog berulang-ulang.

Suka Duka Menjadi Narablog Paruh Waktu

Duka itu muncul tatkala saya sedang dihadapkan dengan pekerjaan yang menumpuk. Aktifitas pekerjaan yang saya geluti memang dapat memakan waktu saya di saat-saat tertentu. Kadang dalam beberapa bulan waktu luang saya sangat banyak, namun beberapa bulan kemudian waktu saya habis untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk.

Aktifitas pekerjaan seperti itu tentu saja berimbas kepada kegiatan ngeblog saya. Ada beberapa konsekwensi yang harus dibayar ketika kedua kegiatan tersebut bentrok, yaitu:

  1. Blog akan jarang terupdate.
  2. Banyak komentar yang tertelantarkan.
  3. Sangat jarang melakukan aktifitas blogwalking.
  4. Lebih aktif di jejaring sosial seperti twitter, plurk, dan facebook. Khusus untuk facebook, sepertinya saya sudah meninggalkannya, dalam artian saya tidak akan mengupdate status lagi.
  5. Whycom Solutions Weblog bangkit/hidup kembali, yang hanya berisikan curhatan yang tidak berguna.

Komentar pembaca yang tertelantarkan

Jarang menulis posting bagi saya tidak masalah, karena saya memang tidak menargetkan sesuatu untuk blog ini. Saya menulis sesuka hati saya, kapanpun saya inginkan, tanpa ada orang yang berhak mengaturnya.

Komentar yang (tanpa sengaja) ditelantarkan. Mungkin inilah hal yang membuat saya sedih. Jujur saja, saya bukannya tidak mau membalas komentar yang masuk, namun looping pekerjaan memang mengharuskan saya untuk konsentrasi penuh di hadapan komputer dengan jutaan angka yang harus diolah. Otomatis saya tidak bisa membalas tiap komentar yang masuk.

Dalam kondisi seperti ini, saya dihadapkan dengan dua pilihan. Yang pertama adalah menutup kolom komentar, dan yang kedua, membiarkan apa adanya, namun tanpa membalasnya. Pilihan pertama sepertinya tidak bisa saya lakukan, karena saya masih membutuhkan feedback dari pembaca berupa masukan, kritikan, dan diskusi yang mengalir.

Saya memutuskan untuk membiarkan kolom komentar apa adanya, walau dengan konsekwensi pemberi komentar merasa dirugikan karena tidak adanya tanggapan balik dari saya. Yeah, mungkin inilah salah satu keegoisan saya yang tidak perlu anda tiru. :)

Susahnya membalas komentar

“Bukankah membalas komentar itu bukan sesuatu hal yang sulit dan menghabiskan waktu?”

Menjawab komentar secara asal-asalan memang mudah. Namun memberikan respon yang sepadan dengan bobot komentar itu sendiri membutuhkan pikiran dan waktu yang tidak sedikit. Saya bisa saja menjawab dengan sebaris-dua baris tanggapan seperti contohnya:

“ya, saya juga setuju :)”
“Betul banget, saya juga seperti itu kok”
“Hehehe… ya iyalah, komentar memang harus dibalas hehehe”

Kalimat balasan seperti di atas sangat mudah ditulis, bahkan sambil menutup mata sekalipun! Tapi saya juga masih mempunyai rasa malu bila hanya membalas seperti di atas. Bagi saya, komentar pembaca yang bermutu sangatlah berharga bagi saya. Dan tidak mungkin saya hanya membalasnya hanya dengan sepotong kalimat basa-basi. Bagi saya, lebih baik tidak membalasnya daripada membalasnya dengan komentar sampah basa-basi. :(

So, saya mohon maaf kepada pak Joko Sutarto yang hingga kini belum saya tanggapi komentar dari beliau. Bukan karena saya tidak menghargai komentar tersebut, namun karena saya beranggapan komentar beliau terlalu berharga untuk dibalas dengan sepotong kalimat basa-basi. Dan tulisan ini saya tujukan khusus untuk pak Joko, sekaligus menjawab pertanyaan, mengapa saya terkesan acuh tak acuh dalam membalas komentar yang masuk.

Blogwalking dan RSS feed

Bagaimana dengan blogwalking? Tentu saja hal tersebut juga tidak bisa saya lakukan. Dalam hal ini saya berterima kasih kepada rekan narablog yang telah memberikan konten yang penuh di RSS Feed blog mereka, yang dengannya saya dapat membaca tulisan-tulisan mereka tanpa harus berkunjung. Sekali lagi terima kasih atas kemurahan hati anda.

Thanks to

Saya sangat berterima kasih kepada rekan-rekan narablog yang telah berkenan memberikan sumbangsih saran dan kesediaannya menghidupkan jalur diskusi di blog ini, antara lain Dokter daniiswara, Cahya Legawa, Rudy Azhar, Jeprie, Mas Aldy, Pak Joko Sutarto, Ganda Manurung, Ardian Trimurti, Iskandaria, dan rekan-rekan narablog yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu di sini.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »